Makam Panembahan Jago Pati

Nama asli beliau adalah Syeh Mahmudi bin Yusuf. Merupakan keturunan dari Sunan Gunung Jati Cirebon. Beliau datang dari Serang Banten. Beberapa versi menyebut, bahwa beliau adalah bagaian dari pasukan Pangeran Diponegoro (tahun 1825 – 1830 M). Bahkan Jagopati juga dipercaya sebagai nama satuan militer ketika perang Jawa berkecamuk. Setelah Pangeran Diponegoro tertangkap penjajah, maka para pengikutnya berpencar ke berbagai penjuru daerah. Menyiapkan stategi baru dengan berbagai cara. Seperti mendirikan pesantren, berdakwah dan lain sebagainya. Begitu juga dengan Mbah Jago Pati yang memilih Desa Jatisari untuk menyebarluaskan ajaran luhur. Makam Jagopati, Tajinan, Kabupaten Malang, Makam Wali di Malang

Tepat tengah malam kami sampai di Jatisari (2/10/2018). Sebuah desa yang dikenal minyimpan banyak cerita tentang masa silam. Lokasinya berada di Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang. Sekitar setengah jam dari pusat kota.

Disana terdapat beberapa makam tokoh yang dikeramatkan. Tokoh yang disegani masyarakat atas jasa - jasanya untuk wilayah tersebut. KH. Abdul Wahab (Buyut Timah), Buyut Sareh, Buyut Marwie diyakini sebagai generasi pertama yang melakukan babad alas sekaligus syiar agama. Beliau datang dari Pati, Jawa Tengah.

Dulu daerah ini masih berupa hutan belantara yang didominasi pohon jati, kemudian dibukalah lahan untuk mendirikan perkampungan. Pembukaan lahan dilakukan dengan menebangi pohon jati. Hingga berhasil menyisakan sarinya. Maka peristiwa tersebut sering dikaitkan dengan penamaan desa, yaitu “Jatisari”.

Ketika sudah menjadi perkampungan, datang lagi beberapa tokoh ternama yang bergabung untuk menyebarluaskan ajaran agama. Diantranya Buyut Jum`ah, Mbah Landou, Mbah Sambisari dan yang paling akhir adalah Mbah Jagopati.

 Mengenal Mbah Jago Pati ? 
Plakat Makam Mbah Jago Pati
Nama asli beliau adalah Syeh Muhammad Mahmudi bin Yusuf. Merupakan keturunan dari Sunan Gunung Jati Cirebon. Beliau datang dari Serang Banten. Beberapa versi menyebut, bahwa beliau adalah bagaian dari pasukan Pangeran Diponegoro (tahun 1825 – 1830 M). Bahkan Jagopati juga dipercaya sebagai nama satuan militer ketika perang Jawa berkecamuk.

Setelah Pangeran Diponegoro tertangkap penjajah, maka para pengikutnya berpencar ke berbagai penjuru daerah. Menyiapkan stategi baru dengan berbagai cara. Seperti mendirikan pesantren, berdakwah dan lain sebagainya. Begitu juga dengan Mbah Jago Pati yang memilih Desa Jatisari untuk menyebarluaskan ajaran luhur.


Suasana Area Makam Panembahan Jagopati
Setelah mamasuki sebuah gapura, mobil kami menembus jalan setapak area persawahan. Lokasi makam cukup jauh dari pemukiman penduduk.  Kondisi jalannya bagus meskipun masih berupa tanah. Pohon kelapa berjajar rapi di sepanjang kiri dan kanan jalan.

Sampai disana tampak sebuah komplek makam dengan area yang luas. Terdapat tiga lapis tembok sebelum sampai di makam utama. Penerangan yang cukup dengan berbgai fasilitas yang dibangun sangat membantu para peziarah.

Selalu ada saja tamu yang datang. Selih bergantian dengan rapal doa sebgaimana tradisi ziarah pada umumnya. Masyarakat Jawa sangat percaya bahwa dengan berziarah ke makam orang sholeh merupakan bagian dari ikhtiar untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
Usai subuh pandangan mulai terlihat jelas. Matahari muncul dari balik gunung. Sinar emasnya meyembur ke semua perswahan yang luas. Hingga sampailah di pelataran makam yang menhadap timur itu.

Beberapa bangunan dengan arsitektur kuno nampak menarik di sebelah selatan. Sumur tua di depannya menambah kesan klasik khas tempo dulu. Di sebelah utara juga terdapat bangunan lawas yang difungsikan sebagai kantor juru kunci dan tempat parkir motor.

Di bagian tengah adalah sebuah Masjid yang berdampingan dengan makam utama. Masjid Jagopati memilki atap berbentuk limasan bertingkat. Dilengkapai dengan pendopo sebagai teras yang luas. Sebelum masuk pendopo masjid terlihat juga hiasan payung khas kerajaan dan gentong air yang berada di kedua sisi tangga.

Sementara itu makam utama terlihat mencolok dengan khubah bercat emas. Bendera merah putih berukuran besar juga dipasang tepat di luar pintu masuk makam. Suasana hening pun sangat mudah ditemui desekitar makam.

*****


Pemandangan Persawahan di depan area makam Mbah Jagopati ( Tajinan - Malang)

Akses jalan menuju makam Mbah Jago Pati 

Suasana Pagi di halaman makam Mbah Jago Pati 

Bangunan untuk tempat istirahat para peziarah makam Mbah Jago Pati 

Di sebelah kiri belakang adalah masjid, Kiri depan pendopo, sebelah kanan berkubah emas adalah makam utama

Pelataran makam Mbah Jago Pati


Payung dan tempat minum di tangga menuju pendopo

Tampak depan masjid Mbah Jago Pati
Suasana di Pendopo Masjid Mbah Jago Pati

Bangunan Makam Mbah Jago Pati ( Syeh Muhammad Mahmudi bin Yusuf ) 

Proseesi Ziarah adalah bagian dari adab seseorang untuk menghormati leluhur dan Ikhtiyar mendekatkan diri dengan sang Ilahai lewat wasilah para kekasih - kekasih-Nya