Pantai Klatak, Pantai dengan batu - batu kali di Tulungagung

Pantai Klatak sebenarnya sudah lama eksis di kalangan masyarakat Tulungagung, khususnya di wilayah selatan. Namun sebelum adanya jalur lintas selatan (JLS) hanya namanya saja yang terdengar familiar. Masih sedikit orang yang pernah menjelajahinya langsung. Dulu untuk bisa sampai ke pantai ini harus menempuh jalan setapak dan hutan belantara, atau cara yang lebih mudah dengan menyewa perahu dari pantai popoh. pantai klatak, wisata tulungagung, tulungagung tourism, pantai berbatu kali, pantai selatan jawa, ombone jagad, travel asia, info wisata tulungagung, pantai di jawa timur, jalur lintas selatan,

Pantai Klatak sebenarnya sudah lama eksis di kalangan masyarakat Tulungagung, khususnya di wilayah selatan. Namun sebelum adanya jalur lintas selatan (JLS) hanya namanya saja yang terdengar familiar. Masih sedikit orang yang pernah menjelajahinya langsung. Dulu untuk bisa sampai ke pantai ini harus menempuh jalan setapak dan hutan belantara, atau cara yang lebih mudah dengan menyewa perahu dari pantai popoh. Kalau bukan seorang berprofesi khusus seperti pencari rumput, pemburu, pemancing, dan nelayan mungkin mustahil tahu persis keberadaan tempat ini. Lokasinya masih disekitaran teluk popoh, lebih tepatnya berada di Desa Keboireng, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung.  Masih Tetangga dekat dengan Pantai Gemah yang lebih dulu terkenal dengan segala aktifitas wisatanya. Jarak Pantai Kltak dari pusat kota Tulungagung kurang lebih 35 kilometer.

Baca Juga : Daftar 50 Pantai Eksotis di Tulungagung 

Di awal tahun 2017 bersamaan dengan suksesnya pembangunan Jalur Lintas Selatan di kawasan pesisir Tulungagung, saya semakin antusis untuk mengunjungi Pantai Klatak. Suatu kesempatan berharga untuk memperkenalkan panorama kampung halaman pada dunia.  Menempuh jalanan mulus diatas bukit yang tergolong masih baru. Membuat siapapun selalu merindukan suasana perjalanan rasa petualangan. Ketika melewati JLS hampir tidak ada pemukiman. Kecuali satu atau dua warung kecil yang dengan setia melayani pengunjung. Hamparan bukit - bukit hijau dengan langit birunya yang khas siap menemani sepanjang perjalanan.


Banyak juga ladang jagung dan kebun pisang yang semakin memanjakan pandangan mata. Hanya saja harus tetap berhati – hati, kondisi jalan pegunungan yang naik turun memaksa kita untuk tetap berkosentrasi tinggi. Terkadang banyak juga yang rela turun dari kendaraan untuk sekedar foto selfi diatas bukit dengan beground laut biru. Posisi jalan yang berada di atas bukit membuat jangkaun pandangan lebih leluasa. Dari atas secara beruntun terlihat Pantai Sidem dengan Menara PLTU-nya, Pantai Banyem dengan tambaknya, baru disusul Pantai Gemah dan pohon cemaranya yang memanjang. Sementara Pantai Klatak terlihat paling pojok dengan warna airnya yang paling hijau. Ciri yang paling khas dari Pantai Klatak adalah banyaknya keramba budidaya lobster yang sekilas terlihat mirip perahu jika dilihat dari atas bukit.


Seperti yang sudah dijelaskan, Hubungan pantai klatak dengan Pantai Gemah hanya dipisahkan bukit dan tebing batu besar. Setelah Pantai Gemah masih ada jalan mulus menanjak yang harus ditempuh. Saya sempat berhenti sebentar mengamati Pantai Klatak lebih dekat meskipun masih diatas bukit. Panoramanya semakin mempesona, gradasi air hijau biru tampak nyata di depan mata. Saya pun tidak sabar kemudian bergegas melanjutkan petualangan. Namun Jalur Lintas Selatan yang sedari tadi tidak ada habisnya akhirnya terputus juga tepat disebuah jembatan. Jembatan yang dibawahnya terdapat sungai yang menuju langsung ke pantai.  Sebuah papan petunjuk menginformasikan bahwa arah belok kiri adalah menuju Pantai Klatak. Sementara jika tetap lurus merupakan jalur setapak calon dari kelanjutan proyek JLS hingga tembus Kabupaten Tranggalek. Kurang lebih panjangnya 500 meter kami harus melewati jalan makadam berbatu terjal. Pengelolanya masih dari warga sekitar, oleh kareana itu meskipun ada tiket masuknya namun bayarnya hanya se-iklasnya.

Pantai Kltak ini sebenarnya adalah perkampungan kecil nelayan. Terlihat dari adanya rumah - rumah penduduk dan mushola tua di pinggir jalan masuk. Aktfitas di mushola tersebut membuat ingatan saya melayang ke masa kecil. Suasana religius khas pedesaan begitu terasa. Sambil bernostalgia saya pun terus melanjutkan perjalanan menuju bibir pantai. Memarkirkan kendaraan dan melihat langsung kehidupan masyarakat pesisir pantai.


Puluhan keramba budidaya lobster banyak tersebar agak menjerok ke tengah perairan. Namun saya lebih penasaran menyusuri jalan kecil di sebelah selatan. Ukuranya mungkin hanya satu meter. Jalan kecil tersebut membawa saya untuk menikmati tebing - tebing batu pinggir pantai. Melihat dari dekat para pemancing ikan yang sudah dulu datang lebih wal. Mereka hanya memancing dari pingggir pantai tanpa harus menuju tenghah perairan. Ada juga semacam goa kecil yang menghadap langsung kearah Pantai. Saya menduga goa tersebut terintegrasi dengan sungai bawah tanah. Butuh penelitian lebih lanjut mengenai hal itu. Banyak spot yang bagus yang bisa nikmati. Akan tetapi dominasi medan berbatu di pantai ini butuh usaha ekstra untuk mendapatkan yang terbaik. Bagi yang berjiwa petualang boleh juga mengeksplorasi bukit - bukit hijau di pinggiran pantai. Masih alami dan terlihat liar mirip dengan hutan hujan tropis. Karena posisi pantai yang menghadap timur, Pantai ini berpotensi untuk melihat matahari terbit di lautan.


Pantai Klatak sangat identik dengan keberadaan batu - batu kali, hal inilah yang menjadi pembeda dengan pantai - pantai lain di Tulungagung. Jika terkena ombak batu - batu kali tersebut saling berbenturan dan mengeluarkan bunyi “Klatak”. Konon karena hal tersebut cikal bakal dari penamaan pantai berbatu kali ini. Banyaknya batu kali ini berasal dari sungai - sungai pegunungan selatan yang mengalir alami ke bibir pantai. Perpaduan air tawar dan laut ini mungkin yang membuat tempat ini cocok untuk budidaya lobster.


Warga kampung juga mulai berbenah tentang potensi wisata ditanah mereka. Fasilitas - fasilitas penunjang wisatawan mulai dibangun. Saya juga sempat melihat antenna wifi terpasang di beberapa rumah.  Warung - warung sederhana yang menawarkan menu andalan seperti nasi tiwul lauk ikan laut pedes sudah buka sejak pagi sekali. Kepulan asap dari ikan bakar juga ikut meramaikan suasana pesisir. Ada juga yang menjual ikan laut segar untuk dijadikan oleh - oleh.  Perahu - perahu yang dulu hanya digunakan untuk mencari ikan kini sebagian beralih fungsi untuk melayani para wisatawan. Saya pun juga mencoba menaiki perahu dan berkeliling pantai Klatak.




Baca Juga : Menelisik Sejarah Niama dan Perkampungan Nelayan di Pantai Sidem 

Perjalanan di Pantai Klatak ini saya akhiri dengan istirahat santai di pinggir pantai. Menikmati es krim sembari mengamati air laut yang seolah menari - manari. Satu hal yang harus sampaikan adalah mari bersama - sama menjaga kebersihan lingkungan. Buang sampah di tempat yang sudah disediakan. Tetap menjaga sikap dan berteman baik dengan alam. Salam dari pantai selatan Tulungagung